Sejarah
mencatat Ibu Kota telah beberapa kali pindah sebelum akhirnya kembali
di Jakarta. Sejarah juga mencatat, Yogyakarta pernah menjadi Ibu Kota
Indonesia saat republik ini baru dilahirkan.
Saat Belanda
kembali datang ke Indonesia ketika membonceng Sekutu, keamanan Jakarta
sebagai ibu kota Republik Indonesia terancam. Belanda bahkan bisa menduduki Jakarta 29 September 1945.
Tanggal 2 Januari 1946 Sultan HB IX mengirimkan kurir ke Jakarta dan
menyarankan agar ibu kota dipindah ke Yogyakarta. Tawaran Sultan ini pun
diterima dengan baik oleh Soekarno. Dua hari kemudian, tepatnya tanggal
4 Januari Ibu Kota NKRI resmi pindah ke Yogyakarta.
Keraton
Yogyakarta yang saat itu di bawah kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono
IX memiliki juga andil besar dalam sejarah berdirinya NKRI. Bahkan saat
agresi militer Belanda ke II saat Yogyakarta diserang Belanda tahun
1949 saat banyak pimpinan negara yang ditawan Belanda, Sultan bahkan
menyiapkan pemerintahan darurat.
Namun Yogyakarta kembali bisa
direbut dalam perang rakyat 1 Maret 1949 dan pasukan Belanda ditarik
dari Yogyakarta. Tanggal 6 Juli 1949 Presiden Soekarno dan Mohammad
Hatta tiba kembali di Yogyakarta dari pengasingan dan tanggal 17
Desember 1949 di Siti Hinggil Kraton Yogyakarta (bukan di Gedung
Negara), Soekarno dikukuhkan sebagai Presiden RI.
Saat itulah
Sultan HB IX menyerahkan dana 6 juta gulden untuk menjalankan
pemerintahan Indonesia kepada Soekarno. Hal itu dikarenakan pemerintah
memang belum memiliki dana untuk menjalankan roda pemerintahan.
"Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi. Silahkan lanjutkan
pemerintahan ini di Jakarta," kata Sri Sultan saat itu kepada Soekarno
sembari menyerahkan selembar cek 6 juta Gulden.
Air mata Sri
Sultan pun berurai kala itu. Para hadirin yang menyaksikan kejadian saat
itu juga hanya bisa menyeka air mata mereka tanpa bisa berkata-kata.
Presiden Soekarno pun menangis menerima selembar cek tersebut.
Kala itu memang Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi untuk menopang
keuangan RI yang pindah ke Yogyakarta. Hampir semua biaya operasional
untuk menjalankan roda pemerintahan, misalnya kesehatan, pendidikan,
militer, dan pegawai-pegawai RI, saat itu dibiayai Keraton Kasultanan
Yogyakarta.
Maka tak salah bila ada yang hingga kini menyebut bila Republik ini masih berhutang kepada Sultan sebesar 6 juta Gulden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar